Undying Flower: Perjalanan Emosional di Dunia Ingatan – Game Lokal Indonesia yang Menyentuh

Kalau kamu suka game yang lebih dari sekadar hiburan yang bikin mikir, merasa, dan kadang termenung lama setelah dimainkan Undying Flower wajib masuk wishlist. Game lokal Indonesia ini dikembangkan oleh Calcatz, studio indie asal Indonesia, dan dirilis oleh indie.io di Steam pada 16 Mei 2025. Meski baru, kesan yang ditinggalkan game ini cukup dalam. Bukan sekadar petualangan visual, tapi juga petualangan batin.

Kenangan, Luka, dan Pencarian Pengampunan

Di Undying Flower, kamu akan bermain sebagai Nala, seorang perempuan muda yang menjalani terapi eksperimental untuk menghadapi trauma masa lalu. Tapi ini bukan terapi biasa, Nala dibawa masuk ke dalam dunia ingatan yang disebut Memory World, di mana emosi dan realitas menyatu jadi satu pengalaman surealis yang indah sekaligus menyakitkan.

Ditemani oleh entitas misterius bernama The Flower, Nala harus menghadapi potongan kenangan pahit, terutama konflik terakhir dengan kakeknya yang sudah meninggal. Penyesalan dan rasa bersalah menjadi inti dari cerita. Game ini nggak hanya menyorot ingatan dari sudut pandang Nala, tapi juga dari kakeknya memberikan ruang untuk melihat “kebenaran” dari dua sisi.

Ini bukan soal siapa yang salah, tapi soal bagaimana kita bisa berdamai dengan masa lalu. Dan di sinilah kekuatan utama Undying Flower: narasinya yang intim, personal, dan sangat manusiawi.

Jalan Sunyi di Memory World

Gameplay dari Undying Flower bisa dibilang sederhana lebih ke arah walking simulator dengan sentuhan petualangan dan interaksi naratif. Kamu akan menjelajahi dunia ingatan yang penuh simbol, mengumpulkan potongan memori atau Memory Fragments, dan menyusun ulang kepingan masa lalu.

Setiap elemen yang kamu temui baik itu patung, warna, atau objek di lingkungan sekitar punya makna emosional yang mendalam. Kadang kamu harus mengambil keputusan dalam dialog yang menentukan bagaimana kenangan itu berubah. Ada elemen “what if” di dalamnya, di mana kamu bisa mencoba memperbaiki penyesalan melalui skenario alternatif. Tapi hasilnya? Tetap menyentuh dan penuh refleksi.

Atmosfernya cenderung gelap, tapi bukan horor. Lebih ke suasana psikologis yang hening, mendalam, dan menekan perasaan mirip seperti momen ketika kamu tiba-tiba teringat kesalahan masa lalu dan nggak bisa tidur semalaman.

Topeng, Simbolisme, dan Budaya Lokal

Satu hal yang bikin Undying Flower benar-benar standout adalah bagaimana budaya Indonesia dimasukkan secara halus tapi kuat. Game ini menggunakan visual terinspirasi dari Tari Topeng Tradisional. Menariknya, topeng di sini bukan untuk menyembunyikan, tapi untuk mengekspresikan emosi karakter mulai dari amarah, rasa takut, hingga kerinduan.

Simbolisme seperti ini bikin pengalaman bermain jadi jauh lebih kaya. Setiap langkah terasa seperti merenung. Setiap fragmen memori seperti puisi yang nggak diucapkan.

Meski tampil sebagai game lokal Indonesia, kualitas visual dan naratifnya terasa internasional. Bahkan kalau kamu nggak tahu ini buatan Indonesia, kamu mungkin mengira ini game naratif buatan studio Eropa. Tapi justru di situlah kebanggaannya game lokal, rasa global.

Game Lokal Indonesia yang Layak Dirayakan

Undying Flower adalah bukti bahwa game lokal Indonesia mampu menyajikan pengalaman yang emosional, kuat, dan artistik. Calcatz berani keluar dari zona aman dan menciptakan game yang berbicara tentang manusia, luka, dan proses penyembuhan. Di tengah banyaknya game yang fokus pada aksi dan kompetisi, Undying Flower tampil sebagai game yang mengajak pemain untuk berhenti sejenak merenung, merasakan, dan kalau bisa, berdamai.

Dan kabar baiknya? Game ini sudah tersedia di Steam sejak 16 Mei 2025, jadi kamu bisa langsung memainkannya sekarang juga. Waktunya mendukung karya anak bangsa yang nggak cuma bagus, tapi juga punya pesan yang kuat dan relevan secara emosional.

Sumber Referensi:

1. Halaman Steam Undying Flower
2. calcatz Studio – Pengembang Game
3. Trailer game Undying Flower