Masih banyak orang yang beranggapan bahwa bermain game itu hanya untuk anak-anak. Ketika seseorang yang sudah dewasa terlihat bermain game, tidak jarang muncul komentar sinis seperti, “Udah gede kok masih main game?” atau “Game itu buat bocil!” Padahal, anggapan ini tidak sepenuhnya benar, bahkan bisa dibilang sangat keliru di zaman sekarang.
Kamu harus tahu bahwa industri game telah berkembang pesat dan tidak lagi terbatas untuk anak-anak. Game bukan sekadar hiburan ringan seperti zaman dulu. Game kini telah menjelma menjadi media hiburan raksasa yang setara bahkan melampaui industri film dan musik. Menurut @lucky_holmes_, seorang praktisi di industri game, kebanyakan game modern justru untuk orang dewasa, bukan anak-anak.
Mayoritas Gamer adalah Orang Dewasa
Mengutip data dari Newzoo, mayoritas gamer global berada pada rentang usia 20 hingga 40 tahun. Ini membuktikan bahwa gamer bukan lagi anak-anak, melainkan individu dewasa yang aktif secara sosial dan ekonomi. Fakta ini menunjukkan bahwa bermain game bukanlah tanda kekanak-kanakan, tapi bagian dari gaya hidup modern yang sah untuk siapa saja.
Also Read! Game Keren Tapi Gak Ada yang Main? Mungkin Bukan Gamenya yang Salah…
Kenapa industri game menyasar pasar orang dewasa? Jawabannya sederhana: karena orang dewasa punya daya beli. Mereka mampu membeli perlengkapan gaming seperti PC rakitan, konsol terbaru, hingga perangkat VR yang harganya tidak murah. Selain itu, banyak game yang tidak bisa diakses secara gratis. Hal ini tentu membuat gamer dewasa menjadi target pasar paling potensial.
Tidak Semua Game Cocok untuk Anak-Anak
Banyak game yang mengandung konten kompleks, dewasa, atau penuh strategi yang jelas tidak cocok untuk anak-anak. Misalnya, game Doki-Doki Literature Club yang terlihat seperti game visual novel biasa, ternyata menyimpan unsur psychological horror yang bisa mengganggu mental anak-anak. Game ini hanya cocok untuk pemain yang cukup matang secara emosional.
Contoh lain, game Civilization VI, mengajak pemain membangun peradaban dari nol dan merancang strategi jangka panjang untuk mencapai kemenangan. Anak-anak mungkin akan kesulitan memahami mekanismenya karena butuh pemikiran logis, kemampuan manajemen sumber daya, dan kesabaran tinggi.
Also Read! Mau Bikin Game Tapi Bingung Mulainya? Ini 3 Peran Utama di Industri Game
Kemudian ada game seperti The Witcher 3: Wild Hunt, game aksi RPG yang mengandung konten dewasa, keputusan moral kompleks, serta adegan yang hanya pantas dikonsumsi oleh pemain dewasa. Game ini jelas bukan konsumsi anak-anak, bahkan banyak platform memberi rating 18+ pada game tersebut.
Game Adalah Media Hiburan, Bukan Alat Ukur Kedewasaan
Menurut Lucky, bermain game itu tidak berbeda dengan menonton film atau membaca buku. Kita memilih film berdasarkan genre yang kita suka dan usia yang sesuai. Begitu pula dengan game. Setiap game punya target audiens tertentu, dan banyak dari mereka menargetkan orang dewasa sebagai pemain utama.
Also Read! Feeling Lonely as an Indie Game Developer? Join IGGI Now!
Jadi, tidak ada yang salah jika kamu yang sudah dewasa masih bermain game. Selama kamu bisa mengatur waktu, menjalani tanggung jawab, dan tetap produktif, bermain game bisa menjadi cara melepas stres, menyalurkan hobi, bahkan menjalin koneksi sosial dengan orang lain di seluruh dunia.
Belajar Lebih Banyak dari @lucky_holmes_
Lihat postingan ini di Instagram
Kalau kamu tertarik menggali lebih dalam soal dunia game, kamu bisa cek konten dari @lucky_holmes_ di Instagram. Di sana, Lucky membagikan banyak wawasan soal game development, jenis-jenis game, serta pandangan menarik tentang dunia gaming, baik lokal maupun internasional. Kontennya cocok buat kamu yang ingin memahami industri game dari sudut pandang profesional.
Jadi, kalau ada yang masih bilang game cuma buat anak-anak, kamu sudah tahu jawabannya. Dunia game itu luas, kaya, dan penuh potensi. Dan yang paling penting, game itu untuk semua usia, termasuk kamu!