Diskon, Diskon, dan Diskon Lagi!Momen yang paling ditunggu-tunggu para gamer akhirnya datang lagi Steam Summer…
Bukan Cuma Main, Misha “Bocil SD” ini juga Bisa Bikin Game Berkualitas yang Dilirik Menteri dan Utusan Presiden RI
Siapa sangka, game lokal Indonesia yang sukses bikin pejabat penting sampai selebriti kagum ini, justru lahir dari tangan bocah kelas 6 SD? Inilah kisah Mocchi Mitten: Bubble Revenge, game arcade seru karya duet ayah-anak asal Malang yang jadi bukti, Global Game Jam bukan sekadar event — tapi pabrik bakat baru di dunia game dev.
Di balik game ini ada Misha, 15 tahun, kini jadi salah satu game developer termuda di Indonesia. Dengan semangat belajar, skill Scratch, dan dukungan ayahnya, Mocchi Mitten pun naik level: dari proyek kecil di rumah, jadi IP lokal yang bisa mulai dikenal luas.
Game Lokal Indonesia yang Lahir dari Kolaborasi Ayah dan Anak
Awalnya, keluarga ini cuma pengen bikin game sederhana yang bisa dimainkan anak-anak saat bazaar sekolah. “Kepikirannya pakai controller drum Taiko, gampang dicari dan seru dipukul-pukul,” kata sang ayah, Avee Affian. Hasilnya? Anak-anak antusias, orang dewasa pun ikut penasaran.
Melihat respon itu, Mocchi Mitten dibawa ke ajang Global Game Jam 2025. Selama 48 jam, duet ayah-anak ini kerja keras: “Berasa kayak deadline project beneran,” ujar Avee sambil ketawa. Hasilnya? Mocchi Mitten: Bubble Revenge lahir dengan kontrol drum sebagai fitur andalan.
Game Lokal Indonesia yang Bikin Menteri Ekraf & Raffi Ahmad Terkesan
Setelah dirilis di itch.io, Mocchi Mitten dimainkan di event-event komunitas, dari bazaar sekolah sampai gathering gamer lokal. Yang bikin viral, game ini sempat menarik perhatian Menteri Ekraf, Teuku Riefky Harsya saat mampir ke Malang Creative Center.
Lucunya, di momen itu sang ayah malah lagi sholat maghrib — Misha, si bocah SD, tampil sendirian menyambut menteri. “Pak Menteri kaget pas tahu aku masih kelas 6 SD,” cerita Misha. Ia pun pede ngajak Pak Menteri main drum. “Setelah main, beliau bilang ‘keren’ dan nyemangatin aku lanjut berkarya,” kenangnya.
Tak cuma pejabat, Raffi Ahmad juga sempat jajal game ini. Komentarnya? “Masih SD loh, udah jadi game developer,” puji Raffi sambil ikut pukul drum Mocchi Mitten.
Dari Game Lokal Indonesia Menuju IP Nasional?
Avee, sang ayah, yakin Mocchi Mitten ini baru langkah awal. Ia berharap pemerintah dan komunitas makin aktif bikin event dan kompetisi buat game dev pemula. “Udah terbukti, karya bagus lahir saat kita kepepet di event kayak Global Game Jam,” ujarnya.
Ia juga dorong pentingnya dukungan soal pengembangan IP dan kemudahan pengurusan HAKI, supaya game lokal bisa naik kelas jadi brand besar yang sustain.
Ke depannya, keluarga ini bermimpi karakter Mocchi Mitten bisa berkembang seperti Kuromi atau Mario — jadi ikon game lokal Indonesia yang dikenal luas.
Peluang Game Lokal Indonesia Bagi Generasi Muda
Kisah Mocchi Mitten membuktikan: dunia game dev kini bukan cuma milik orang dewasa. Anak SD pun, dengan bimbingan yang tepat, bisa menciptakan karya yang playable, adorable, bahkan bikin pejabat sampai utusan khusus presiden kagum.
Buat komunitas game dev lokal, cerita ini jadi penyemangat baru: bahwa inovasi bisa lahir dari mana saja — dari rumah, dari bonding ayah-anak, dari event komunitas yang sederhana.
Game lokal Indonesia kini punya wajah yang makin beragam. Bukan cuma studio besar, tapi juga anak kecil dengan mimpi besar. Dan kalau didukung bareng-bareng, siapa tahu, Mocchi Mitten bakal jadi cikal bakal IP game nasional yang benar-benar rooted dari budaya lokal.
Comments (0)